Sejarah Komunikasi dan Ilmu Komunikasi
Tercatat bukan hanya surat al Baqarah
yang terkenal karena sering dikutip, ada Surat al al A’raf, al
Isra’ dan al Shaffat juga mengabadikan. Bahkan wahyu pertama
kepada Baginda Nabi Muhammad Saw adalah perintah untuk
berkomunikasi, yaitu `iqra` yang berarti bacalah.
Paragraf pembuka tadi adalah pengantar berdasarkan
informasi ketuhanan atau biasa disebut dengan normatif. Kita
beralih kepada perspektif ilmiah berdasarkan pada fakta ilmiah
yang sudah ditemukan.
Bila mengacu kepada Everett M. Roger (1981) di dalam
bukunya Communication Technology The New Media In Society,
ada empat era bagaimana manusia berkomunikasi.
Antara
lain, era tulisan (writing), cetak (printing), telekomunikasi
(telecommunication) dan era komunikasi interaktif (interactive
communication).
Pembagian Roger tadi mengacu kepada dinamika komunikasi berdasarkan penemuan penemuan alat oleh manusia.
Melvin DeFluer dan Sandra J. Ball-Rokeach (1989) dalam
bukunya Theoris of Mass Communication, meski penjelasan ini
juga lebih dekat pada Komunikasi Massa (lebih lanjut akan
dibahas pada Bab 3), namun lebih dapat mendeskripsikan
asal asul komunikasi lebih utuh.
Menurutnya era manusia
komunikasi dibagi menjadi lima (5) zaman. Pertama, zaman
tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi (the age of sign anda
signals). Gerak dan isyarat menjadi contoh berkomunikasi
nenek-moyang manusia di zaman purba dan hingga sekarang
masih digunakan.
Lazimnya komunikasi ini dikenal dengan
komunikasi non-verbal. (lebih lanjut dibahas pada bab 6)
Kedua, zaman percakapan lisan dan bahasa sebagai
alat komunikasi (the age of speech and language). Zaman ini
diperkirakan terjadi pada 300.000 tahun sampai 200.000
tahun sebelum Masehi (SM).
Era ini menegaskan bahwa
manusia sudah berkomunikasi menggunakan bahasa, meski
masih terbata-bata. Selanjutnya kemampuan manusia berbahasa dengan sistem bahasa yang baik baru terjadi pada 90.000 tahun sampai 40.000 tahun SM.
Pada akhirnya kira
kira 35.000 tahun SM manusia baru dapat berbahasa secara
lengkap.
Ketiga, zaman tulisan sebagai alat komunikasi (the age of
writing). Keempat, zaman media cetak sebagai alat komunikasi
(the age of print age).
Kelima, zaman media massa sebagai alat
komunikasi.
Pembagian ini juga ada kekurangannya dibanding pembagian Roger yang justru telah menyinggung era komunikasi
dengan media baru atau media interaktif.
Komunikasi
interaktif saat ini mungkin lebih sering digunakan dibanding
moda komunikasi lain.
Abrar (2003) menandai komunikasi interaktif dengan
beberapa hal, antara lain:
Pertama, peserta komunikasi bisa berinteraksi dengan
leluasa.
Tidak seperti komunikasi massa, di mana audiens
hanya pasif.
Kedua, umpan balik dapat segera dilakukan. Hal ini
juga tidak dapat terjadi pada komunikasi massa, kecuali memanfaatkan moda komunikasi lain (komunikasi medio).
Ketiga, komunikasi dapat dilakukan dengan verbal,
gambar. Bahkan saat ini beragam media bentukan smartphone
seperti whatsapp dapat dilakukan dengan video.
Keempat, menggunakan media interaktif.
Menurut Weiner
(1996) media interaktif adalah media yang dapat digunakan
untuk saling bertukar informasi, hiburan, pendidikan, yang
menggunakan komputer, terminal video text, telepon dan layar
televisi.
Jelas bahwa smartphone dan smart television masuk
dalam definisi ini, namun tidak untuk media massa pada
umumnya. Kita beralih kepada sejarah ilmu komunikasi. Pada tahun
1457 jurnalisme sudah berkembang di AS.
Di AS tahun
1903 Joseph Pulitzer medirikan sekolah jurnalisme, bernama
School of Journalism. Journalism berkembang dan menjadi mass
communication. Setelah moda komunikasi massa dikenal, kajian
komunikasi berkembang menjadi komunikasi antarpersona
dan komunikasi kelompok.
Pada awalnya Communication Sciense atau Ilmu
Komunikasi, dikenal istilah Communicology. Sebutan itu
disematkan untuk ilmu yang mempelajari gejala sosial akibat
proses komunikasi massa. Baru di tahun 1940an mulai dikenal
istilah ilmu komunikasi melalui C.I. Hovland.
Di Indonesia, Pada tahun 1948 dikenal Ilmu Penerangan
di Universitas Gadjah Mada. Tahun 1950an dikenalkan ilmu
Publisistik di Akademi Dinas Luar Negeri oleh Drs. Marbangun
Hardjowirogo. Jurusan Ilmu Publisistik Universitas Gadjah
Mada, UI, Unpad (Cangara, 2007).
Hampir semua perguruan
tinggi, baik negeri maupun swasta memiliki fakultas/jurusan
dan atau departemen/program studi komunikasi. Termasuk di
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN).
Di PTKIN/S pada tingkat Universitas, ada jurusan/
program studi ilmu komunikasi yang berada di bawah fakultas
yang berbeda-beda. Ada yang berada di bawah Fakultas
Dakwah dan Komunikasi atau di bawah Fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora.
Di Fakultas Dakwah sendiri terdapat jurusan
atau prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang juga masih
satu rumpun dengan prodi Ilmu komunikasi.
Di samping itu, beberapa dosen di jurusan/departemen/
prodi ilmu komunikasi juga mendirikan asosiasi.
Di Perguruan
Tinggi Umum, baik negeri maupun swasta ada Asosiasi Prodi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM). Sementara untuk prodi Ilmu
Komunikasi yang berada di bawah PTKIN mempunyai asosiasi
ASIKOPTI. Untuk prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
juga mempunyai Asosiasi Komunikasi dan Penyiaran Islam
(ASKOPIS).
Posting Komentar untuk "Sejarah Komunikasi dan Ilmu Komunikasi"