Perbedaan Etnografi dengan Pendekatan Studi Kasus
Etnografi sebagai
metode penelitian memiliki beberapa kesamaan dengan pendekatan lain
dalam metode penelitian kualitatif, terutama dalam kaitannya dengan
proses penelitian dan pengumpulan data, yang berupa wawancara,
observasi, studi dokumen, dan bahan audiovisual.
Namun demikian, terdapat pula perbedaan etnografi dengan penelitian
kualitatif lainnya, seperti studi kasus. Perbedaan tersebut terutama
berkaitan dengan pengumpulan data, jangka waktu penelitian, fokus, dan
tujuan penelitian.
Dalam hal pengumpulan data, etnografi menekankan
pada observasi partisipasi (pengamatan terlibat) dan wawancara mendalam
dalam jangka waktu yang relatif panjang. Sedangkan, pendekatan penelitian
studi kasus menggunakan beragam bentuk data untuk menyediakan
gambaran yang mendalam mengenai kasus tersebut (Creswell, 2015).
Selain itu, perbedaan mendasar etnografi dan studi kasus terletak pada
fokus dan tujuan penelitian. Fokus penelitian etnografi adalah untuk
mendeskripsikan dan memahami pola budaya atau kehidupan sosial
budaya suatu kelompok masyarakat secara menyeluruh dan menekankan
pada sudut pandang subyek masyarakat yang diteliti.
Sedangkan studi
kasus berfokus untuk mengembangkan deskrispsi dan analisis terhadap
satu kasus secara mendalam. Etnografi memiliki ruang lingkup dan fokus
penelitian yang lebih luas dibandingkan pendekatan studi kasus yang
hanya berfokus pada satu kasus tertentu saja.
Perbedaan etnografi dan studi kasus juga dapat dilihat pada contoh
penelitian dari kedua pendekatan tersebut. Sebagai contoh, penelitian
Firianita, dkk. berjudul “Membangun Etos dan Kearifan Lokal Melalui Folklor:
Studi Kasus Folklor di Tembalang Semarang” (2018) merupakan contoh
studi kasus.
Fokus penelitiannya adalah kajian folklor (baik yang berbentuk
seni pertunjukan, lisan, maupun kebiasaan sosial rakyat) pada masyarakat
di empat desa di Kecamatan Tembalang dalam kaitannya penguatan etos.
Metode pengumpulan datanya dengan wawancara mendalam dan studi
pustaka. Sedangkan, contoh penelitian etnografi dapat dilihat pada karya
Roanne van Voorst mengenai fenomena banjir di Jakarta dalam bukunya
Tempat Terbaik di Dunia.
Fokus penelitian etnografi tersebut adalah untuk menggambarkan kemiskinan masyarakat, kehidupan keseharian, serta
tindakan dan respon masyarakat yang hidup di Bantaran Kali terhadap
banjir. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
partisipasi (pengamatan terlibat) dan wawancara.
Metode etnografi ini
membutuhkan jangka waktu penelitian yang lebih lama.
Berdasarkan dua contoh penelitian studi kasus dan etnografi yang telah
dipaparkan, kita dapat menarik kesimpulan bahwa penelitian studi kasus
berfokus untuk mengembangkan deskripsi mengenai suatu kasus secara
mendalam dan dapat dilakukan pada beberapa lokasi yang memiliki kasus
atau fenomena yang sama.
Sedangkan penelitian etnografi berfokus untuk
menggambarkan kehidupan atau fenomena sosial budaya masyarakat
secara mendalam pada suatu kelompok orang yang spesifik pada satu
tempat tertentu.
Posting Komentar untuk "Perbedaan Etnografi dengan Pendekatan Studi Kasus"