Ciri Utama dan Kedudukan Etnografi dalam Antropologi
- Lebih menekankan pada eksplorasi terhadap fenomena sosial budaya tertentu, daripada upaya untuk membuktikan hipotesis.
Etnografi lebih berfokus untuk mengeksplorasi dan mempelajari
suatu fenomena sosial budaya secara mendalam dan bukan berusaha
untuk menguatkan hipotesis tertentu ataupun mengarahkan
perhatiannya pada beberapa asumsi yang telah dibuat sebelumnya.
Misalnya dalam menggambarkan kehidupan sosial budaya suatu
masyarakat, seperti Clifford Geertz yang menggali kehidupan sosial
masyarakat Bali melalui aktivitas budaya masyarakat Bali secara
mendalam, yaitu tradisi sabung ayam atau Tajen dalam melihat
kaitannya dengan kehidupan sosial dan status sosial masyarakat
Bali.
- Tindakan dari kelompok yang dikaji terjadi dalam konteks sehari-hari (dalam setting alamiah), bukan di bawah kondisi yang diciptakan oleh peneliti (setting peneliti), seperti dalam penelitian eksperimental atau dalam situasi wawancara yang sangat terstruktur.
Etnografi
bertujuan untuk mempelajari dan menggambarkan fenomena
sosial budaya dan tindakan masyarakat pada setting atau kondisi
yang alami, apa adanya dan tidak dimanipulasi atau direkayasa,
yang diperoleh melalui interaksi dan pengamatan langsung.
Sebagai contoh dalam studi etnografi Roanne van Vroost mengenai
fenomena banjir di salah satu kampung terkumuh di Jakarta. Vroost
menggambarkan kehidupan keseharian warga Bantaran Kali dan
tindakan yang mereka lakukan dalam menangani permasalahan
hidup dan persoalan banjir secara apa adanya sesuai setting tempat,
situasi dan kondisi masyarakat setempat.
- Bersifat holistik (menyeluruh) dan terpadu. Objek kajian etnografi adalah kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain.
Oleh karena
itu, peneliti harus mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan
masyarakat dan unsur kebudayaan yang turut membentuk dan
mempengaruhi fenomena sosial budaya tersebut sehingga akan
memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai fenomena
sosial budaya yang dikajinya.
Sebagai contoh, peneliti ingin mengkaji
tentang makna tradisi pernikahan pada suatu masyarakat adat,
maka peneliti harus berusaha untuk menggali makna pernikahan
pada masyarakat yang dikajinya dengan mempertimbangkan norma
gender lokal, nilai lokal masyarakat tentang pernikahan, jaringan
keluarga yang ada, faktor ekonomi, status sosial masyarakat,
kesenian (seperti iringan musik tradisional) yang turut andil di
dalamnya.
- Menghasilkan thick description (deskripsi yang tebal) atau penjelasan mendalam mengenai suatu kebudayaan atau fenomena sosial budaya.
Studi etnografi menghasilkan deskripsi yang terperinci dan mendalam mengenai kebudayaan suatu
masyarakat yang dikaji sehingga deskripsi yang
diuraikan oleh seorang etnografer terlihat
tebal dan mendalam.
Apa yang mereka temui
di lapangan diceritakan dengan detail. Karya
etnografi Geertz yang berjudul The Religion of
Java misalnya, mewakili ciri ini yakni gambaran
mendetail dan deskripsi cukup tebal tentang
struktur masyrakat di Jawa (santri, abangan,
dan priyayi). Lawan kata dari thick description
adalah thin description (deskripsi yang kurus
atau kering).
- Cenderung lebih banyak bekerja atau mengolah data yang tidak terstruktur, yaitu data yang belum diberi kode pada saat dikumpulkan, dan peneliti tidak mengikuti desain penelitian yang tetap dan rinci yang ditentukan sebelumnya.
Etnografi bertujuan untuk mengeksplorasi
kehidupan sosial budaya masyarakat secara
mendalam dan menyeluruh, maka dalam
mengumpulkan data penelitian cenderung
fleksibel dan menyesuaikan data yang
diperoleh tentang kondisi kehidupan sosial
budaya masyarakat yang dikaji atau tidak harus
mengikuti desain penelitian yang ditetapkan
sebelumnya.
- Penelitian yang mendetail mengenai kasus pada satu atau sekelompok orang yang spesifik. Studi etnografi berfokus untuk memahami kehidupan sosial budaya suatu kelompok masyarakat tertentu, sehingga peneliti dapat melakukan penelitian pada masyarakat yang tinggal di daerah yang dianggap dapat mewakili perilaku khas atau pelaku kebudayaan tersebut.
- Analisis data dilakukan dengan menginterpretasikan makna dan fungsi dari tindakan manusia dari sudut pandang pemilik kebudayaan (native point of view), dengan cenderung mengabaikan analisis statistik.
Dalam etnografi, peneliti menganalisis data dengan
melakukan interpretasi terhadap makna yang diperoleh dari simbolsimbol yang ditampilkan dalam fenomena budaya dan tindakan
masyarakat dari sudut pandang masyarakat yang dikaji.
Menurut (Creswell, 2015), terdapat beberapa ciri-ciri dari etnografi
yang baik, antara lain:
- Etnografi berfokus pada pengembangan deskripsi yang kompleks, lengkap, dan menyeluruh mengenai kebudayaan dan perilaku sosial dari suatu kelompok yang memiliki kebudayaan yang sama.
Dalam
arti, studi etnografi dilakukan pada satu kelompok kebudayaan
yang sama untuk dapat memperoleh gambaran dan deskripsi
yang menyeluruh mengenai kebudayaan masyarakat yang dikaji.
Sebagai contoh, dalam menggambarkan kehidupan sosial budaya
masyarakat Jawa, Clifford Geertz melakukan penelitian di Mojokuto
untuk menggali organisasi sosial kebudayaan masyarakat Jawa.
- Dalam etnografi, peneliti mencari berbagai pola, meliputi ritual, perilaku sosial adat, ide, keyakinan masyarakat, dan kebiasaandari aktivitas mental kelompok yang dikaji.
Pola-pola inilah yang menjadi
fokus kajian para etnografer, sehingga mereka banyak menemukan
teor-teori di masyarakat. Misalnya peneliti berusaha menggali
mengenai ide dan keyakinan masyarakat yang diekspresikan melalui
aktivitas budaya yang terdapat pada masyarakat.
- Terdapat peran penting teori dalam memfokuskan perhatian peneliti ketika melakukan etnografi, di mana etnografer berangkat dari teori atau suatu penjelasan umum mengenai apa yang diharapkan untuk ditemukan.
Studi etnografi dapat dilakukan dengan berangkat dari
suatu teori atau penjelasan umum untuk melihat kehidupan sosial budaya masyarakat yang dikaji. Sebagai contoh Bronislaw Malinowski
dalam melakukan penelitian lapangan mengenai sistem Kula pada
masyarakat Trobriand di Papua Nugini untuk menggambarkan
fungsi kebudayaan manusia atau ‘a functional theory of culture’.
Karya tersebut berangkat dari teori fungsionalisme dalam ilmu
antropologi yang sebelumnya dikembangkan oleh Durkheim dan
Radcliffe Brown, yang selanjutnya menghasilkan teori fungsional
tentang kebudayaan.
Teori fungsional sering kali digunakan oleh
mahasiswa dan peneliti sebagai landasan teoritis untuk menganalisis
data penelitian untuk keperluan skripsi. Peneliti dapat berangkat
dari teori tertentu yang disesuaikan dengan konteks penelitian.
- Peneliti harus terlibat dalam kerja lapangan atau penelitian lapangan dalam jangka waktu yang lama untuk dapat mengunakan teori tersebut dan menemukan pola dari kelompok yang dikaji.
Pengumpulan data etnografi, terutama dilakukan melalui wawancara, pengamatan, simbol, artefak, maupun sumber data lainnya.
Etnografer tinggal, menetap, dan terlibat dalam kehidupan
masyarakat yang dikaji dalam jangka waktu yang lama hingga
bertahun-tahun.
Hal itu dilakukan untuk dapat menggambarkan
fenomena sosial budaya pada suatu masyarakat secara menyeluruh
agar tidak ada fenomena sosial budaya atau tindakan masyarakat
yang luput dari pengamatan peneliti. Di sinilah kedekatan antara peneliti dan subyek dapat terjalin dengan erat. Sehingga data yang
didapatkan pada penelitian etnografi relatif mendalam.
- Peneliti menggunakan perspektif emik atau dengan bersandar pada sudut pandang masyarakat pelaku kebudayaan itu sendiri dalam menganalisis data.
Hal ini berarti peneliti dalam menganalisis data
hasil etnografi untuk menggambarkan kebudayaan masyarakat
berdasarkan perspektif emik atau sudut pandang masyarakat
pemilik kebudayaan itu sendiri.
- Analisis ini kemudian akan menghasilkan pemahaman mengenai bagaimana kelompok tersebut berjalan, berfungsi dan bagaimana cara hidup dari kelompok tersebut.
Dari hasil analisis yang dilakukan
terhadap suatu fenomena sosial budaya masyarakat berdasarkan
sudut pandang masyarakat yang dikaji, etnografer atau peneliti
dapat memahami pengetahuan masyarakat akan dunianya, seperti
bagaimana kebudayaan dapat berfungsi dalam mengatur kehidupan
suatu kelompok masyarakat.
Selain digunakan dalam antropologi budaya dan sosial, etnografi
sebagai metode penelitian juga digunakan dalam penelitian-penelitian dari
berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti politik, sosiologi, geografi manusia,
studi organisasi, penelitian pendidikan, dan kajian budaya.
Salah satu karya etnografi dapat kita lihat dalam karya Clifford Geertz
berjudul The Religion of Java yang melukiskan kehidupan sosial dan
keagamaan masyarakat di Mojokuto, Jawa Timur.
Dalam penelitiannya,
Clifford Geertz melakukan komunikasi terhadap masyarakat Mojokuto
dengan mempelajari bahasa Jawa dan melakukan observasi partisipasi
dengan terlibat dalam berbagai kegiatan perayaan masyarakat, upacaraupacara adat, rapat organisasi, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Penelitian Geertz mengenai masyarakat Mojokuto dilakukan dalam tiga
tahap. Pada tahap pertama, Geertz melakukan persiapan bahasa Indonesia
intensif di Universitas Harvard. Tahap kedua dari Oktober 1952—1953,
ia mempelajari bahasa Jawa di Yogyakarta dengan bantuan mahasiswa
UGM untuk memperoleh pengetahuan umum mengenai kebudayaan dan kehidupan masyarakat Jawa.
Tahap ketiga, Geertz melakukan penelitian
lapangan di Mojokuto dari Mei 1953 sampai dengan September 1954.
Dalam
upayanya menguak fenomena sosial budaya masyarakat di Mojokuto,
Geertz menemukan adanya tiga tipe kebudayaan masyarakat yang
mecerminkan organisasi moral kebudayaan Jawa. Ketiga tipe kebudayaan
tersebut meliputi abangan, santri, dan priyayi.
Selain itu, Geertz berhasil
menemukan lima jenis mata pencaharian utama masyarakat di Mojokuto
sebagai cerminan dasar organisasi sistem ekonomi masyarakat, di
antaranya petani, pedagang kecil, pekerja tangan bebas; buruh kasar; dan
pegawai, guru, atau administrator.
Geertz juga melakukan penelitian kedua di Indonesia mengenai Tajen
atau tradisi sabung ayam di Bali dalam karyanya berjudul The Interpretation
of Culture. Geertz meneliti tentang tradisi sabung ayam pada masyarakat Bali
dan berusaha untuk mendalami makna tradisi sabung ayam dari pandangan
orang Bali.
Geertz mencoba memahami hubungan antara masyarakat
Bali dan ayam jagonya, analogi kata ‘Jago’, bentuk Pulau Bali, aspek-aspek
hubungan fungsional antara sabung ayam dengan karakteristik komunitas
masyarakat Bali.
Lebih jauh lagi Geertz mengungkap pentingnya sabung
ayam bagi masyarakat Bali sebagai sumber pembiayaan pembangunan
infrastruktur desa serta arena pertarungan kehormatan, status, dan
martabat bagi masyarakat Bali.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan
oleh Geertz, kemudian Geertz pada tahun 1973
mengemukakan tentang “penjelasan mendalam” atau
thick description dalam bukunya The Interpretation
of Cultures.
Meminjam istilah Gilbert Ryle, seorang
antropolog Inggris, Geertz menekankan perlunya
deskripsi mengenai budaya dari sudut pandang
penduduk asli. Sebagai konsekuensinya, etnografer
harus tenggelam secara mendalam pada kehidupan
masyarakat yang ditelitinya.
Thick description atau deskripsi tebal adalah cara
menyajikan dan menggambarkan makna dari suatu
simbol, tindakan manusia, maupun fenomena sosial
budaya secara mendalam.
Thick description menjadi
salah satu pendekatan penting dalam etnografi karena
membantu dalam menjelaskan perilaku maupun
peristiwa budaya dari konteks terjadinya beserta
interpretasi makna dari perilaku atau peristiwa
budaya tersebut.
Thick description diterapkan dalam
etnografi untuk dapat memahami sikap, perspektif,
dan motivasi orang dalam budaya, dalam arti untuk
menggambarkan dan menjelaskan makna dari
fenomena budaya secara mendalam.
Posting Komentar untuk "Ciri Utama dan Kedudukan Etnografi dalam Antropologi"