PSIKOLOGI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA
Setiap fase usia memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari
fase-fase pertumbuhan yang lain. Demikian pula dengan fase remaja, memiliki
ciri-ciri yang berbeda dan karakteristik yang berbeda pula dari fase kanak-kanak,
dewasa dan tua.
Selain itu, setiap fase memiliki kondisi-kondisi dan tuntutantuntutan yang khas bagi masing-masing individu. Oleh karena itu, kemampuan
individu untuk bersikap dan bertindak dalam menghadapi satu keadaan berbeda
dari fase satu ke fase yang lain.
Hal ini tampak jelas ketika seseorang mengekspresikan emosi emosinya. Seperti bagaimana melepaskan stress dengan
cara yang sesuai, mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata ketimbang
tindakan negatif, mengatasi situasi sulit atau berbahaya dengan tenang, mengatasi
situasi yang sedih dengan cara yang tepat, menangani situasi mengejutkan dengan
kontrol menunjukkan kesukaan, kasih sayang, cinta terhadap orang lain dan lain
sebagianya.
Pertumbuhan terjadi serentak dengan perkembangan fisik, sosial,
kognitif, bahasa, dan kreatif. Namun, respon yang terjadi dari setiap fase
perkembangan mengalami perubahan pada anak sejalan dengan berlangsungnya
waktu karena kedewasaannya, lingkungan, reaksi orang lain disekitarnya, atau
pembimbingan dari orangtua.
A. Fase Remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah.
Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan baik itu fisik maupun mental. Sehingga dapat dikelompokkan
remaja terbagi dalam tahapan berikut ini.
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih
hanya satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14 tahun.
Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang
cenderung negatif.
Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi antara anak
dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena
mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga.
Remaja
menunjukkan peningkatan reflektivenes tentang diri mereka yang berubah
dan meningkat berkenaan dengan apa yang orang pikirkan tentang mereka.
Seperti pertanyaan: Apa yang mereka pikirkan tentang aku ? Mengapa
mereka menatapku? Bagaimana tampilan rambut aku? Apakah aku salah
satu anak “keren”? dan lain lain.
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai
puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam
banyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini,
statusnya tidak jelas.
Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai
orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat
keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian
dan identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan
idealistis dan semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga.
3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan dirinya;
caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi,
bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha memantapkana
identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional.
Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang begitu cepat,
misalnya perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki
tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam.
Perubahan
mentalpun mengalami perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis, dan semakin
banyak waktu diluangkan di luar keluarga.
Selanjutnya, perkembangan tersebut
diatas disebut fase pubertas (puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan
mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual yang terjadi secara pesat
terutama pada awal masa remaja.
Akan tetapi, pubertas bukanlah peristiwa
tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang
terjadi berangsur-angsur (gradual).
Pada fase ini kita banyak melihat fenomena
remaja yang duduk-duduk berjam-jam didepan kaca untuk penampilan yang
sempurna untuk meyakinkan bahwa dirinya menarik.
Terkadang juga remaja
berpenampilan yang aneh-aneh supaya mendapat perhatian dan diakui
keberadaannya.
Misalnya, tentang model rambut, model baju, model assesoris
yang selalu mengikuti perkembangan jaman dan tingkah laku lain yang kadang
kita anggap tidak sewajarnya dan lain sebagainya.
Karena hormon-hormon sexnya sudah bekerja dan berfungsi, maka remaja
sudah mempunyai rasa ketertarikan dengan lawan jenis sehingga remaja begitu
sangat cemas dan tertekan apabila ada yang kurang pada penampilan dirinya.
Mereka berusaha untuk menutupi kekurangananya dengan berbagai cara. Dalam
masa pubertas ini remaja berusaha tampil secara meyakinkan dan tanpa rasa
minder ketika mereka bergaul dengan teman-teman sebayanya.
Preokupasi
(perhatian) terhadap citra tubuh itu cukup kuat di masa remaja, secara khusus
kecenderungan ini menjadi akut di masa pubertas. Sekalipun demikian, mimik
keraguan masih seringkali terlihat pada raut mukanya, terutama ketika berbicara
dengan orang-orang dewasa.
Pada tahun 1904, psikolog Amerika, G Stanly Hall menulis buku ilmiah
pertama tentang hakekat masa remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai
masalah “pergolakan dan stres” (strorm-and-stress).
Hall mengatakan bahwa
masa remaja adalah merupakan masa-masa pergolakan yang penuh dengan
konflik dan buaian suasana hati dimana pikiran, perasaan, dan tindakan bergerak
pada kisaran antara kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan dan godaan,
serta kegembiraan dan kesedihan.
Anak remaja mungkin nakal kepada teman
sebayanya pada suatu saat dan baik hati pada saat berikutnya, atau mungkin ia ingin dalam kesendiriannya, tetapi beberapa detik kemudian ingin bersama-sama
dengan sahabatnya.
Sebenarnya, hampir selama abad ke-20, remaja digambarkan sebagai sosok
yang abnormal dan menyimpang alih-alih sebagai sebagai sosok yang normal dan
tidak menyimpang inilah pertimbangan dari Hall mengenai badai dan
stres.
Gambaran yang diberikan media mengenai remaja sebagai sosok yang
memberontak, penuh konflik, gemar ikut-ikutan mode, menyimpang, dan terpusat
pada diri sendiri- Rebel Withaut a Cause di akhir tahun 1950-an, dan Easy Rider
di tahun 1960-an.
Pertimbangkan gambaran mengenai remaja yang stres dan
terganggu di tahun Sixteen Candle dan The Breakfast Club di tahun1980-an. Boyz
N the Hood di tahun 1990-an.
Sebuah analisis pada liputan televisi lokal
menemukan bahwa topik-topik yang paling sering dilaporkan mengenai anak
muda adalah topik-topik seputar kejahatan, kecelakaan, kejahatan yang dilakukan
oleh remaja, dimana berita itu hampir setengah (46%) dari semua liputan anak
muda.
Selanjutnya, fase remaja didahului oleh timbulnya harga diri yang kuat,
ekspresi kegirangan, keberanian yang berlebihan. Karena itu mereka yang berada
pada fase ini cenderung membuat keributan, kegaduhan yang sering mengganggu.
Tendens untuk berada dalam suasana ribut dan berlebihan yang bersifat fisik,
lebih banyak terdapat pada anak laki-laki. Pada anak perempuan tendens yang
serupa manifest dalam ekspresi judes, mudah marah dan merajuk.
Kekuatan dan
kehebatan fisik makin menjadi perhatian utama, sehingga banyak puber yang
menginginkan untuk menjadi bintang pembalap yang dipuja dan dihargai.
Pada
wanita keinginan untuk mendapat penghargaan dan perhatian ini manifest dalam
tendens dandanan yang berlebihan. Mereka mudah terperosok dalam suasana
persaingan. Itulah gambaran remaja.
Kembali pada fase ini remaja ambisinya meninggi, sering tidak realitis, dan
pemikirannya terlalu muluk. Sensifitasnya terhadap penilaian orang lain sangat
meninggi, sehingga ucapan-ucapnnya yang biasanya ’biasa’, pada fase tersebut menjadi terasa menyakitkan atau menyedihkan.
Mereka sangat benci bila
dianggap sebagai anak-anak, apalagi anak kecil. Namun, ada penelitian yang strereotip negatif mengenai remaja terlalu
dilebih lebihkan. Dalam studi lintas budaya, Daniel Offer dan koleganya
menemukan bahwa pandangan semacam itu tidak memperoleh dukungan.
Para
peneliti menilai citra-diri dari remaja di seluruh dunia di Amirika, Australia,
Bangladesth, Hungaria, Israel, Italia, Jepang,Taiwan, Turki dan Jerman Barat
menemukan setidaknya 73 % dari para remaja tersebut memiliki ciri-ciri diri yang
positif, para remaja tersebut percaya diri dan optimis terhadap masa depannya.
Posting Komentar untuk "PSIKOLOGI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA"