Paradigma Antropologi
Kuhn mengemukakan paradigma sebagai sesuatu yang saflgat esensial bagi sains, dibandingkan standar-standar dan nilai-nilai tertentu. sejak itu istilah paradigma menjadi semakin populer ketika Khun dalam karyanya The Structure af Scientific Reuolution (1962), menjelaskan istilah paradigma ke dalam 21 pengertian yang berbedabeda.
Tujuan utama Kuhn adalah untuk menentang asumsi yang berlaku umum dikalangan ilmuan yang berpendirian bahwa perkembangan atau kemajuan ilmu pengetahuan itu terjadi secala kumulatif. Kuhn menilai pandangan demikian sebagai suatu mitos yang harus dihilangkan.
Inti tesis Kuhn adalah bahwa perkembangan ilmu Pengetahuan bukan terjadi secala kumulatif tetapi secara revolusi (Zamroni, 1ee2).
Pada saat itu ide paradigma kuhn mendapat respon positif dari kalangan intelektual, di rLana ide paradigrna ini dianggap dapat memudahkan dan membantu dalam pengklasifikasianlpengkategorian ilmu-ilmu eksak dengan ilmu-ilmu non eksak atau antar teoriteori tertentu.
Yang kecenderungan saat itu tidak ada pembedaan jelas antara ilmu dan kenyataannya beberapa teori-teori tidak terlalu berbeda secara substansinya. Kemudian Masterman (197q, mengklasifikasi penggunaan, pengertian itu ke dalam 3 (tiga) bagian, sebagai berikut:
- Pertama, metaphysical paradignt Paradigma memiliki fungsi-fungsi, yaitu:
- sebagai ketentuan yang harus dipelajari oleh suatu komunitas keilmuan tertentu;
- sebagai pengarah para ilmuan dalam menyelidiki hal yang diminati;
- sebagai pengharapan dalam kegiatan keilmuan.
- Kedua, sociological pnradigm. Paradigma ini merupakan model atau aturan-aturan yang digunakan sebagai landasan pemecahan suatu masalah dalam kqilmuan.
- Ketiga, constntct pararligm. Paradigma ini merupakan instrumen tertentu yang digunakan dalam cabang keilmuan.
Friedrichs (1970), mendefinisikan paradigma sebagai suatu pandangan yang n'rendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Ritzer (1996), mengemukakan penjelasan paradigma yang dianggapnya sesuai definisi Khun.
Bahr.t'a paradigma adalah garnbaran fundamental tentang masalah pokok dalam ilmu tertentu. Paradigma memlrantu dalam menentukan apa yang perlu dikaji, pertanyaan apa vang mestinya diajukan, bagaimana cara mengajukannva, dan apa aturan yang harus diikuti dalam menafsir jawaban yang diperolehnya.
Paradigma adalah unit konsensus terluas dalam bidang ilmu tertentu dan membantu membedakan antara satu komunitas ilmiair dengan komunitas ilmiah lainn-va. Paradigma menggolongkaru menentukan dan menghubungkan eksamplar, teori, metode dan instrumen.
Apabila clisimpulkan, paradigma adalah suatu jendela di mana peneliti akan menyaksikan dunia. Dengan jendela itu para peneliti akan memahami dan menafsirkan secara objektif berdasarkan kerangka acuan yang terkandung dalam paradigma tersebut, baik itu konsep-konsep, asumsi-asumsi dan kategori-kategori tertentu.
Oleh karenanva peneliti yang berbeda yang masing-masing menggunakan paradigma vang berbeCa pula, meski mengkaji fenomena yang sama, mereka akan keluar dengan kesimpulan yang berbeda. Contoh konkritnva adalah teori Malthus dan Teori Marx di dalam mengkaji masalah penduduk.
Malthus melihat permasalahan yang penting adalah ledakan penduduk, yang disebabkan adanva proses alamiah, sedangkan Marx melihat ledakan penduduk bukan lah masalah yang penting dan yar-rg lebih penting yakni adanya struktur masyarakat yang timpang/ yang disebabkan adanya eksploitasi kaum kapitalis (Zamroni,1992).
Secara sederhana penjelasan deskripsi siklus paradigma di atas, bahwa awal mulanya paradigma I merupakan paradigma yang sedang diakui pada saat itu (kondisi masih dalam keadaan normal), yang kemudian terjadi peristir.va anomali dikarenakan paradigma I tidak lnampu menjelaskan peristiwa )iang terjadi.
Dengan kata lain paradigma I mengalami krisis legitimasi/pengakuan dari kalangan ilmuan, yang akhirnya menyebabkan terjadinya revolusi atau penggantian dasar-dasar pemahaman baru, sehingga muncul paradigma II.
Paradigma II menjadi acuan baru dalam kondisi normal berikutnya, dan begitu seterusnya siklus perubahan paradigma.
Siklus perubahan paradigma di atas, mendapat kritikan dari beberapa ahli sosial, yang mengemukakan siklus perubahan paradigma itu hanya dapat diterapkan pada keilmuan eksakta dibandingkan keilmuan sosial.
Dalam keilmuan eksakta sangat jelas menunjukkan adanya proses falsifikasi sebuah teori, apabila sebuah teori ditolak karena ditemukannya pembuktian baru maka teori itu akan ditinggalkan dengan menggunakan teori yang baru tersebut.
Sebagai contoh teori tentang bumi berbentuk datar menjadi ditolak ketika ditemukan pembuktian baru bahwa bumi berbentuk bulat. Sementara dalam keilmuan sosial, sangat jarang ada teori yang ditolak karena ditemukan fakta-fakta sosial baru.
Kecenderungannya dalam ilmu sosial antara satu teori dengan teori lainnya saling mengisi dan saling menyempurnakan" Selain itu teori-teori masih dapat diterapkan pada kondisi-kondisi tertentu.
Sebagai contoh teori Marx mengenai pembagian kelas di masyarakat, sampai saat ini masih digunakan dikarenakan dalam fakta sosialnya masih ada terjadinya pembagian kelas tersebut.
Bahwa dalam satu cabang iln'ru pengetahuan tertentu nampaknya dimungkinkan terdapatnva beberapa paradigma.
Artinya dimungkinkan terdapatnya beberapa komunitas iimuan yang masingmasing berbeda titik. tolak pandangannya tentang apa yang (menurutnya) menjadi pokok persoalan yang semestirwa dipelajari dan diselidiki oleh cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Bahkan di dalam satu komunitas ilmuan tertentu dimungkinkan pula terdapatnya beberapa sub-komunitas yang bebeda sudut pandar-rgnya tentang apa yang menjadi subject nmtter, teori-teori, metode-metode serta perangkat yang dipergunakan daiam mempelajari objek studirrya, tanpa perlu cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan kehilangan karakteristik dan identitas ilmiahnya (Ritzer, 1975).
Posting Komentar untuk "Paradigma Antropologi"