Perlawanan yang dilakukan tokoh-tokoh nasionalis dalam melawan
kolonialisme di Indonesia dapat kita petik pelajarannya hingga saat ini.
Sejak jaman dahulu, banyak sekali permasalahan sosial budaya yang muncul
akibat masuknya bangsa asing ke Indonesia, sekaligus keuntungan berada
di posisi silang.
Belanda tidak hanya mencari lada di Indonesia, tetapi
mereka juga kemudian mengeksploitasi lahan perkebunan di Indonesia
untuk ditanami komoditas perdagangan yang saat itu bernilai jual tinggi. Akan selalu ada hubungan antara kehidupan sosial dalam peristiwa
sejarah masa lalu dan masa sekarang.
Proses menelaah peristiwa masa lalu
dapat menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan saat ini, agar di masa
depan kita dapat menyikapi permasalahan sosial secara lebih bijaksana.
a. Eksploitasi Pembangunan Berlebihan
Jumlah penduduk saat ini tidak sebanyak jumlah penduduk pada masa
kolonilaisme atau penjajahan. Banyak tenaga penduduk Indonesia yang
dijadikan budak untuk perkebunan milik Belanda.
Lahan-lahan perkebunan
milik Belanda selanjutnya mulai dibuka pada abad ke 17, seiring dengan
momentum tersebut berdirilah VOC atau perserikatan dagang Hindia
Belanda di bumi Nusantara, sejak saat itulah babak baru eksploitasi lahan
perkebunan di Indonesia dimulai.
Jumlah penduduk yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, tidak
diiringi dengan penambahan luas lahan. Jumlah penduduk yang meningkat
seiring dengan peningkatan kebutuhan pokok, seperti sandang, pangan,
dan papan.
Lahan permukiman untuk tinggal semakin banyak dicari,
perkebunan-perkebunan untuk komoditas pangan turut ditingkatkan.
Akibatnya terjadi peningkatan angka alih fungsi lahan dari tahun ke tahun,
yang semula hutan menjadi menjadi lahan untuk pertanian, perkebunan,
industri, dan permukiman.
Data dari worldometers.info/ menunjukkan
jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
|
Data populasi penduduk dunia tahun 2017-2020 |
Berdasarkan tabel di atas peningkatan jumlah penduduk bumi setiap
tahunnya berada di atas angka 80 juta jiwa. Jika angka tersebut tidak
dapat ditekan maka permukaan bumi ini akan dipenuhi oleh manusia.
Dengan kecepatan pertumbuhan penduduk saat ini, diperkirakan jumlah
penduduk di bumi akan mencapai angka 9,7 milyar jiwa pada tahun 2050
(un.org). Apa dampaknya? Tentu saja akan terjadi penurunan kualitas
lingkungan akibat tingginya tekanan terhadap lingkungan.
Tabel di bawah
menggambarkan laju deforestasi hutan Indonesia dari tahun 2000-2017
terhadap luas lahan Indonesia yakni 190.619.696 ha.
|
Persentase tutupan hutan alam di Indonesia tahun 2000-2017 |
Deforestasi atau perambahan hutan adalah fenomena yang masih
terjadi hingga saat ini. Alih fungsi lahan yang semula peruntukannya
merupakan daerah resapan air, berubah menjadi lahan perkebunan sawit
yang meningkatkan besaran aliran permukaan atau run off.
Akibatnya
banjir dan kekeringan terjadi silih berganti di seluruh penjuru negeri. Alih
fungsi lahan juga terjadi di area pertanian.
Lahan pertanian berupa sawah yang cenderung memiliki harga
yang rendah selanjutnya banyak dibeli dan diburu untuk dijadikan lahan
perumahan.
Padahal kita masih mengandalkan hasil-hasil pertanian untuk
memenuhi kebutuhan pangan seperti beras, sayur-sayuran, kacangkacangan dan rempah-rempah. Jika hal tersebut dibiarkan saja maka
kedaulatan pangan negara dapat terancam.
b. Kesenjangan Sosial dan Kemiskinan
Kesenjangan sosial adalah fenomena yang sudah ada sejak era kolonial
hingga hari ini. Padahal kesenjangan dan kesadaran nasional merupakan
salah satu pemicu munculnya proklamasi di Indonesia. Kesenjangan
sosial di Indonesia muncul sebagai akibat dari adanya perbedaan tingkat
pendapatan individu dan erat kaitannya dengan kemiskinan.
Perbedaan pendapatan dapat memicu inequality atau ketimpangan.
Pada awal peradaban, manusia hanya berburu-meramu, bercocok tanam,
dan menggantungkan hidup dari alam. Ketika mulai muncul para penjelajah
yang mengunjungi berbagai penjuru negeri, masyarakat mulai berdagang.
Individu yang gigih bekerja dapat menabung lebih banyak dan membuka
lapangan usaha yang lebih besar. Sedangkan mereka yang tersisih, tidak
mampu mengikuti dan membaca tren perubahan kebutuhan masyarakat,
akan tertinggal.
Kemiskinan merupakan kondisi seorang individu yang tidak mampu
untuk memenuhi atas kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan).
Indikator kemiskinan berbeda-beda, tetapi kemiskinan merupakan
masalah global yang ada di sekitar kita.
Tingkat kemiskinan terdiri dari
tingkatan yang bervariasi, bahkan masih sulit untuk mengkategorikan
individu di Indonesia sebagai kelompok penerima bantuan pemerintah
atau tidak.
c. Kesetaraan gender
Kesetaraan gender di Indonesia telah diinisiasi oleh tokoh-tokoh seperti
Ratu Kalinyamat, Keumalahayati, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Kartini,
dan masih banyak lagi tokoh perjuangan perempuan lainnya sejak
sebelum Indonesia merdeka.
Namun hingga saat ini, masih dapat ditemui
ketidaksetaraan gender di Indonesia. Kesetaraan menurut KBBI adalah
sederajat, atau berada pada tingkat yang sama, kedudukan yang sama atau
tidak lebih rendah antara satu dengan yang lain.
Setaranya perempuan
dan laki-laki dapat tercapai saat keduanya memperoleh kesempatan
untuk parisipasi, akses, manfaat, dan kontrol yang sama dalam berbagai
aspek kehidupan.
d. Kenakalan Remaja
Indonesia didirikan melalui perjuangan dan semangat dari para pemuda. Tidak sedikit yang gugur dalam perang. Setelah Indonesia merdeka dan mengalami reformasi, justru para pemudanya sibuk melakukan aksi kenakalan remaja.
Berbicara masalah kenakalan remaja dalam konteks sosial dan budaya sangatlah luas, berikut jenis-jenis kenakalan remaja:
1) Vandalisme
Pascaproklamasi kemerdekaan Indonesia, rakyat beramai-ramai menyebarkan berita kemerdekaan melalui tulisan, bahkan di temboktembok dengan kata “Merdeka”. Akan tetapi, hal tersebut berbeda dengan vandalisme atau aksi corat-coret yang terjadi saat ini.
Vandalisme merupakan aksi merusak dan menghancurkan barang berharga atau karya seni lain yang bukan miliknya. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara mencorat-coret tembok dengan kata-kata atau gambar tanpa izin.
Menandai tembok yang bukan miliknya dengan inisial kelompoknya (dapat berupa nama kelompok, singkatan dari nama sekolah atau lainnya) juga merupakan aksi vandalisme. Hewan, kucing salah satunya, memiliki kebiasaan menandai wilayahnya dengan urin, untuk mengusir kucing lain.
Hakikatnya, kita sebagai manusia yang memiliki volume otak lebih besar dibandingkan kucing, seharusnya dapat berpikir lebih panjang dan menentukan apa yang harus dan sebaiknya tidak dilakukan. Bagaimana perasaan kalian jika kalian ada di posisi sebagai pemilik tembok tersebut?
Siapakah yang menanggung kerugian atas kejadian tersebut? Apakah tindakan tersebut selaras dengan cita-cita para leluhur bangsa?
2) Tawuran antarpelajar
Dahulu para tokoh seperti Pangeran Nuku dan Malahayati menghabiskan masa muda dengan berjuang melawan penjajah. Semangat perjuangan tersebut sepatutnya dicontoh oleh generasi muda. Utamanya pelajar untuk belajar dan memerangi kebodohan, bukan memerangi sesama pelajar.
Tawuran antarpelajar merupakan permasalahan sosial budaya yang telah menimbulkan banyak korban dan keresahan warga sekitar. Sebagai remaja, generasi penerus bangsa dan penentu peradaban, pelajar harus mampu menjadi contoh bagi mereka yang tidak berkesempatan merasakan aktivitas belajar di sekolah.
Rasa dendam dan permusuhan sebaiknya tidak perlu diwariskan dari angkatan atas ke angkatan di bawahnya. Alangkah indahnya jika kita justru memupuk rasa persahabatan antarpelajar, bukan permusuhan.
Kompetisi antarsekolah dapat dibuktikan dengan ajang kejuaraan yang telah disediakan oleh pemerintah. Tawuran tidak hanya merugikan warga setempat. Bahkan, jika sampai menghilangkan nyawa orang lain, ancaman hukuman kurungan dapat dijatuhkan.
3) Penyalahgunaan narkotika
Narkotik seperti opium dan ganja sejatinya adalah obat untuk menenangkan saraf dan menghilangkan rasa sakit. Obat ini biasa digunakan dalam dunia kedokteran pada pasien dengan gangguan saraf. Selain narkotika dikenal pula istilah “napza” yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Apabila seseorang tanpa gejala di atas menggunakan obat tersebut di luar resep dokter maka dapat menyebabkan hilang kesadaran, kerusakan jaringan, dan ketergantungan. Penggunaan tersebut juga dapat dikenai hukuman karena termasuk perbuatan ilegal.
Melawan peredaran narkotika di Indonesia artinya menyelamatkan generasi yang akan datang. Indonesia telah berhasil mengusir penjajah dan menghentikan kolonialisme. Namun, perjuangan kita belum selesai karena perang melawan narkotika adalah tanggung jawab kita semua.
Posting Komentar untuk "Permasalahan Sosial Budaya"