Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
Begitu banyak fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Salah satu contohnya adalah budaya korupsi
yang ada di Indonesia. Kita tahu bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan runtuhnya rezim Orde Baru tahun 1998 adalah praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sejak level bawah hingga atas, hampir
tidak ada yang tidak terjamah virus korupsi. Ironisnya, praktik tersebut
justru menjamur di zaman reformasi. Mengapa aparat hukum seperti
tidak mampu menumpas budaya korupsi tersebut?
Fenomena sosial ini dapat kita kaji lebih dalam lagi dengan
menggunakan sudut pandang sosiologi. Masalah apa yang dapat dikaji
dari sudut pandang sosial? Lalu, bagaimana cara memandangnya?
Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas, alangkah baiknya apabila
kita terlebih dahulu mempelajari secara lebih ringkas mengenai ilmu
sosiologi.
1. Pengertian Sosiologi
Dengan
kata lain, asal mula terbentuknya sosiologi atas dasar keinginan untuk
memahami manusia itu sendiri dari segi sosialnya.
Istilah sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata socius
dan logos (Soerjono Soekanto: 1987).
Socius artinya teman atau kawan
dapat juga diartikan sebagai pergaulan hidup manusia atau masyarakat
dan logos artinya berbicara, mengajar atau ilmu. Dengan demikian,
secara sederhana sosiologi berarti ilmu tentang hubungan antarteman.
Secara umum, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat. Oleh karena
definisi tersebut terlalu luas, banyak ahli mencoba memberikan
definisi tentang sosiologi sebagai patokan sementara.
Menurut Pitirim Sorokin, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
- Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejalagejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat, dan politik.
- Hubungan dan saling pengaruh antara gejala-gejala sosial dan gejala-gejala nonsosial, misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya.
- Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
Definisi yang lain diajukan oleh Selo Soemardjan dan Soeleman
Soemardi. Beliau berdua membatasi pengertian sosiologi sebagai ilmu
yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk
perubahan-perubahan sosial.
Struktur sosial adalah jalinan antara
unsur-unsur yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma
sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisanlapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara
pelbagai segi kehidupan bersama.
Adanya perbedaan di setiap
definisinya menandakan betapa luasnya objek kajian sosiologi.
Namun pada intinya, sosiologi mempelajari hubungan atau interaksi
antarmanusia dalam masyarakat.
Dari sekian banyak definisi sosiologi
dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mengkaji
interaksi manusia dengan manusia lain dalam kelompok (seperti
keluarga, kelas sosial atau masyarakat) dan produk-produk yang
timbul dari interaksi tersebut seperti nilai, norma serta kebiasaankebiasaan yang dianut oleh kelompok atau masyarakat tersebut.
2. Lahirnya Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu, lahir pada abad XIX. Lahirnya sosiologi
berkaitan dengan terjadinya perubahan sosial masyarakat di Eropa
Barat pada masa Revolusi Industri (Inggris) dan Revolusi Sosial
(Prancis). Adanya revolusi tersebut berdampak pada keharmonisan
dalam hubungan antarwarga masyarakat. Terjadi kekacauan dan
kesenjangan sosial di antara rakyatnya.
Situasi ini mendorong seorang
ahli filsafat Prancis, Aguste Comte membuat suatu karya yang luar
biasa. Dalam karyanya yang berjudul Course of Positive Phylosophy
(1844), Comte menyebut kajian tentang kehidupan sosial manusia
dengan istilah sosiologi.
Oleh karenanya, Aguste Comte mendapat
julukan sebagai Bapak Sosiologi Modern. Namun, selain Aguste Comte
terdapat beberapa ahli yang berusaha mengkaji hubungan antarmanusia seperti Karl Marx, Herbert Spencer, Emile Durkheim, dan
Max Weber.
Dalam setiap ilmu pengetahuan terdapat objek kajian yang
dipelajari. Di mana objek kajian ilmu pengetahuan biasanya dibatasi
oleh definisi yang diajukan oleh ilmu pengetahuan tersebut. Sebagai
contoh ilmu sosiologi.
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai definisi
sosiologi. Berdasarkan definisinya dapatkah kamu melihat objek
kajian dari ilmu tersebut? Cobalah kaji kembali definisi sosiologi,
apa yang dapat kamu temukan?
Menurut Roucek dan Warren (sebagaimana dikutip Soerjono
Soekanto: 1987), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dengan kelompok-kelompok. Berdasarkan definisi
tersebut dapat diketahui objek kajian sosiologi adalah perilaku
manusia dalam masyarakat.
Lebih jelasnya sosiologi mempelajari
manusia dari aspek sosial yang kita sebut masyarakat. Manusia
merupakan makhluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain.
Dalam interaksi tersebut timbul cara-cara berhubungan yang berupa
perilaku.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa objek studi
atau kajian sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat dalam hal ini
adalah hubungan antarmanusia dan proses sebab akibat yang timbul
dari hubungan tersebut.
Setelah memahami sebagian materi di atas, adakah pertanyaan
yang timbul dalam pikiranmu? Mengapa kita perlu mempelajari
sosiologi? Ketika kita belajar sosiologi, kita mempelajari diri kita
sendiri sebagai bagian dari masyarakat.
Melalui sosiologi, kita dapat
mengetahui nilai, norma serta kaidah-kaidah yang berlaku dalam
masyarakat sebagai acuan kita berperilaku. Melalui sosiologi pula,
kita mampu memahami masyarakat di sekitar kita.
Pada dasarnya,
ada begitu banyak manfaat ketika kita mempelajari sosiologi. Sebagai
contohnya:
- Sosiologi dapat memberikan pengetahuan mengenai pola-pola interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat. Melalui pengetahuan tentang pola-pola interaksi tersebut, kita dapat mengenal dengan lebih jelas siapa diri kita dalam konteks hubungan antara pribadi dan pribadi, pribadi dan kelompok serta kelompok dan kelompok.
- Sosiologi dapat membantu kita untuk mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan dan perilaku kita dalam kehidupan bermasyarakat.
- Sosiologi mampu mengkaji status dan peran kita sebagai anggota masyarakat.
- Mempelajari sosiologi, kita menjadi lebih peka, kritis serta rasional menghadapi gejala-gejala sosial yang terjadi.
3. Sosiologi sebagai Ilmu
Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran
(logika). Sosiologi telah memenuhi syarat-syarat ilmu tersebut.
Oleh
karena itu, sosiologi dapat disebut sebagai ilmu. Sebagai ilmu,
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri di mana
objeknya adalah masyarakat. Menurut Harry M. Johnson dalam
bukunya Sosiology: A Systemic Introduction (1967), setiap ilmu
mempunyai karakteristik yang khas.
Begitu juga sosiologi, karakteristik
keilmuan sosiologi sebagai berikut.
- Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi itu mendasarkan diri pada observasi dan penalaran, bukan atas dasar wahyu atau hasil spekulasi.
- Sosiologi bersifat teoretis, artinya sosiologi berusaha memberi ikhtisar (summary) yang menunjukkan hubungan pernyataan atau proporsi-proporsi secara logis.
- Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibangun atas dasar teori yang sudah ada. Teori-teori baru yang lebih besar dan luas, pada dasarnya merupakan penyempurnaan teori-teori yang sudah ada.
- Sosiologi bukan etika, artinya sosiologi bukan ajaran tentang tata susila. Para sosiolog tidak membicarakan apakah suatu tingkah laku sosial itu baik atau buruk. Tugas seorang sosiolog adalah mengungkap atau menerangkan tindakan sosial sebagai fakta sosial.
Selain itu, apabila dilihat dari sifat hakikatnya, sosiologi mempunyai beberapa karakteristik. Di mana karakteristik-karakteristik
tersebut mampu menentukan ilmu pengetahuan macam apakah
sosiologi tersebut. Sifat hakikat sosiologi sebagai berikut.
- Sosiologi merupakan ilmu sosial bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
- Sosiologi bersifat kategoris dan bukan normatif, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya.
- Sosiologi merupakan ilmu murni dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan.
- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan ilmu pengetahuan yang konkret. Artinya, bahwa yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat, tetapi bukan wujudnya yang konkret.
- Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan pola-pola umum interaksi.
- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.
- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya, sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada setiap interaksi antar manusia.
Posting Komentar untuk "Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode"