Jenis Budaya Lokal di Indonesia Part 1
Bangsa Indonesia terkenal dengan masyarakat yang memiliki
kebudayaan yang beraneka ragam. Pada setiap daerah masyarakat
kita mengembangkan kebudayaan masing-masing. Kebudayaan
yang dikembangkan di daerah-daerah dinamakan kebudayaan lokal. Kebudayaan-kebudayaan lokal yang berkembang di Indonesia
antara lain sebagai berikut.
1. Kebudayaan suku bangsa Batak
a. Sistem Kepercayaan/Religi
Di daerah Batak terdapat beberapa agama, antara
lain: agama Islam, agama Katolik, dan agama Kristen
Protestan. Meskipun demikian, konsep-konsep kepercayaan atau religi purba masih hidup terutama di pedesaan.
Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan dan
religi purba ini adalah buku pustaka yang terbuat dari kayu
dan ditulis dengan huruf Batak. Buku tersebut memuat
konsep-konsep tentang pencipta, jiwa, roh, dan dunia
akhirat.
b. Sistem Kekerabatan
Perkawinan pada masyarakat Batak merupakan
suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki
dengan seorang perempuan.
Perkawinan juga mengikat
kaum kerabat laki-laki (paranak dalam bahasa Toba, si
pempokan dalam bahasa Karo) dengan kaum kerabat si
perempuan (parboru dalam bahasa Toba, sinereh dalam
bahasa Karo).
Menurut adat lama pada masyarakat Batak,
seorang laki-laki tidak bebas dalam memilih jodoh.
Perkawinan antara orang-orang rimpal (marpariban
dalam bahasa Toba) yakni perkawinan dengan anak
perempuan dari saudara laki-laki ibunya (cross cousin)
dianggap perkawinan ideal.
Sistem kekerabatan masyarakat Batak adalah patrilineal, dengan dasar satu ayah, satu kakek atau satu nenek
moyang. Dalam masyarakat Batak hubungan berdasarkan
satu ayah disebut sada bapa (bahasa Karo) atau saama
(bahasa Toba).
Adapun kelompok kekerabatan terkecil
adalah keluarga batih (keluarga inti, terdiri atas ayah, ibu,
dan anak-anak) yang disebut jabu, dan ripe dipakai untuk
keluarga luas yang virilokal (tinggal di rumah keluarga
pihak laki-laki).
Dalam masyarakat Batak, banyak
pasangan yang sudah kawin tetap tinggal bersama orang tuanya. Adapun perhitungan hubungan berdasarkan satu
kakek atau satu nenek moyang disebut sada nini (pada
masyarakat Karo) dan saompu (pada masyarakat Toba).
Keluarga sada nini atau saompu merupakan klen kecil.
Adapun klen besar dalam masyarakat Batak adalah merga
(dalam bahasa Karo) atau marga (dalam bahasa Toba).
c. Sistem Politik
Sistem politik yang dimaksud adalah sistem pemerintahan dan kepemimpinan. Pada masyarakat Batak sistem
kepemimpinan ini terbagi atas tiga bidang sebagai berikut.
- Kepemimpinan di Bidang Adat
Kepemimpinan di bidang adat meliputi: perkawinan dan
perceraian, kematian, warisan, penyelesaian perselisihan, kelahiran, dan sebagainya.
Kepemimpinan pada bidang adat ini tidak berada dalam
tangan seorang tokoh, tetapi berupa musyawarah
Dalihan Na Tolu (Toba) dan Sangkep Sitelu (Karo).
Dalam pelaksanaan musyawarah adat, sidang (ninggem) dipimpin oleh Suhut. Suhut ialah orang yang
mengundang para pihak kerabat dongan sabutuha,
hula-hula, dan boru dalam Dalikan Na Tolu.
Keputusannya merupakan hasil musyawarah dengan
kerabat-kerabat tersebut.
- Kepemimpinan di Bidang Agama
Dalam masyarakat Batak, kepemimpinan dalam bidang
agama berhubungan dengan perdukunan dan roh nenek
moyang serta kekuatan-kekuatan gaib. Pemimpin
keagamaan dipegang oleh guru sibaso.
- Kepemimpinan di Bidang Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan, kepemimpinan dipegang
oleh salah satu keturunan dari merga taneh. Oleh
sebab itu, faktor tradisi masih melekat dalam memilih
pemimpin pemerintahan. Adapun tugas pemimpin
pemerintahan, yaitu menjalankan pemerintahan seharihari.
Pada saat ini, masyarakat Batak selalu mencari
orang yang dianggap mampu dan memahami segala
persoalan yang terdapat dalam masyarakat.
d. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi atau sistem mata pencaharian yang
dilakukan masyarakat Batak adalah bercocok tanam di
sawah, ada juga yang di ladang seperti suku bangsa Karo,
Simalungun, dan Pakpak. Masyarakat Batak mengenal sistem gotong-royong
dalam bertani, dalam bahasa Karo disebut raren,
sedangkan dalam bahasa Toba disebut marsiurupan.
Gotong royong dilakukan dengan mengerjakan tanah secara
bersama-sama oleh tetangga atau kerabat dekat. Alat yang
digunakan untuk bercocok tanam, antara lain cangkul, bajak
(tenggala dalam bahasa Karo, luku dalam bahasa Toba),
dan tongkat tugal (engkol dalam bahasa Karo).
Bajak
biasanya ditarik dengan sapi/kerbau, sabit (sabi-sabi dalam
bahasa Toba) dipakai untuk memotong padi, ada juga yang
memakai ani-ani.
Peternakan yang diusahakan oleh masyarakat Batak,
seperti kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek.
Babi
biasanya untuk dimakan dan juga digunakan dalam upacara
adat.
Di Pulau Samosir tepi Danau Toba, menangkap ikan
dilakukan intensif dengan perahu lesung (Solu) dan hasilnya
dijual ke kota.
e. Sistem Kesenian
- Seni Bangunan
Rumah adat Batak disebut ruma/jabu
(bahasa Toba) merupakan kombinasi
seni pahat ular serta kerajinan.
Ruma akronim Ririt di Uhum Adat
yang artinya sumber hukum adat dan
sumber pendidikan masyarakat Batak.
Rumah berbentuk panggung yang terdiri
atas tiang rumah yang berupa kayu
bulat, tiang yang paling besar disebut
tiang persuhi. Tiang-tiang tersebut
berdiri di tiap sudut di atas batu sebagai
pondasi yang disebut batu persuhi.
Bagian badan terbuat dari papan tebal,
sebagai dinding muka belang, kanan dan
kiri, dinding muka belakang penuh ukiran
cicak. Atap sebelah barat dan timur
menjulang ke atas dan dipasang tanduk
kerbau sebagai lambang pengharapan.
- Seni Tari
Tari yang terkenal dari Batak, yaitu tor-tor. Tari tor-tor
terdiri atas beberapa jenis. Beberapa jenis tari tor-tor
sebagai berikut.
- Pangurdot, anggota badan yang bergerak hanya kaki, tumit, hingga bahu.
- Pangeal, anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung, dan bahu.
- Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan hingga jari tengah.
- Siangkupna, anggota badan yang bergerak hanya leher.
- Hapunana, anggota badan yang bergerak hanya wajah.
- Seni Musik
Seni musik suku bangsa Batak adalah ogung sabangunan. Peralatan yang digunakan adalah empat
gendang dan lima taganing (sejenis gamelan Batak).
Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan,
doal, dan jeret.
Macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai berikut.
- Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah berputar ke arah mata angin.
- Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan tangan menari artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua.
- Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan dengan menari berkeliling artinya keluarga mendapat kebahagiaan.
- Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan dengan menari di tempat artinya petuah/rahmat Tuhan YME.
- Seni Kerajinan
Kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal adalah kain
ulos. Peranan ulos bagi masyarakat Batak sejak lahir
hingga meninggal sangat tinggi. Macam-macam ulos
dan fungsinya dalam suatu acara, meliputi:
- ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra dan menantu saat pernikahan;
- ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan;
- ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada putrinya saat hamil tua;
- ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
- ulos saput adalah ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum jika yang meninggal laki-laki;
2. Kebudayaan suku bangsa Minangkabau
a. Sistem Kepercayaan/Religi
Sebagian besar masyarakat Minangkabau beragama
Islam. Masyarakat desa percaya dengan hantu, seperti
kuntilanak, perempuan menghirup ubun-ubun bayi dari jauh,
dan menggasing (santet), yaitu menghantarkan racun
melalui udara.
Upacara-upacara adat di Minangkabau
meliputi:
- upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan dan Husain di Padang Karabela;
- upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup manusia, seperti:
- upacara Turun Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh tanah pertama kali,
- upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama kali.
- Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000.
b. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau
adalah matrilineal (garis keturunan ibu), sehingga sistem
kekerabatan memerhitungkan dua generasi di atas ego lakilaki dan satu generasi di bawahnya. Urutannya sebagai
berikut.
- Ibunya ibu.
- Saudara perempuan dan laki-laki ibunya ibu.
- Saudara laki-laki ibu.
- Anak laki-laki, perempuan saudara perempuan ibu ibunya ego.
- Saudara laki-laki dan perempuan ego.
- Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu.
- Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ego.
- Anak laki-laki dan perempuan anak perempuan saudara perempuan ibunya ibu.
Kesatuan keluarga kecil seperti di atas disebut paruik,
pada sebagian masyarakat ada kesatuan yang disebut
kampueng yang memisahkan paruik dengan suku.
Kepentingan keluarga diurus oleh laki-laki yang bertindak
sebagai niniek mamak.
Dalam hal jodoh masyarakat Minangkabau memilih
dari luar suku, tetapi pola itu kini mulai hilang. Bahkan
akibat pengaruh dunia modern, perkawinan endogami lokal
tidak lagi dipertahankan.
c. Sistem Politik
Kepala suku masyarakat Minangkabau disebut
penghulu, dubalang, dan manti. Dubalang bertugas
menjaga keamanan kampung, sedangkan manti berhubungan dengan tugas-tugas keamanan.
Kesatuan dari beberapa kampung disebut nagari. Sistem
pemerintahannya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
- Laras Bodi-Caniago berhubungan dengan tokoh Datuek Parapatiek nan Sabatang.
- Laras Koto-Piliang berhubungan dengan tokoh Datuek Katumenggungan.
Dalam sistem pemerintahan Laras Bodi-Caniago menunjukkan sistem yang demokratis, karena musyawarah
selalu diutamakan.
d. Sistem Ekonomi
Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian
besar sebagai petani. Bagi yang tinggal di pinggir laut mata
pencaharian utamanya menangkap ikan. Seiring dengan
perkembangan zaman, banyak masyarakat Minangkabau
yang mengadu nasib ke kota-kota besar. Seperti yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini.
Masyarakat Minangkabau juga banyak
yang menjadi perajin. Kerajinan yang
dihasilkan adalah kain songket. Hasil
kerajinan tersebut merupakan cenderamata khas dari Minangkabau.
e. Sistem Kesenian
- Seni Bangunan
Rumah adat Minangkabau disebut
rumah gadang. Rumah gadang
terdiri atas biliek sebagai ruang
tidur, dan didieh sebagai ruang
tamu. Ciri utama rumah itu adalah
bentuk lengkung atapnya yang
disebut gonjong yang artinya
tanduk rebung. Antara atap dan
lantai terdapat pegu.
Di desa
Balimbing lebih kurang 10 km dari
timur kota Batu Sangkar banyak
dijumpai rumah gadang yang
berumur 300 tahun.
- Seni Tari
Tari-tarian yang ada adalah tari
silat kucing dan tari silat tupai
malompek yang masih dijumpai di
daerah-daerah Payakumbuh. Lagu
yang digunakan dalam tari itu
adalah Cak Din Din, Pado-Pado,
Siamang Tagagau, Si Calik Mamenjek, Capo, dan Anak Harimau
dalam Gauang. Selain itu juga
terdapat tari piring, tari Lilin, tari
payung, dan tari serampang dua
belas.
- Seni Musik
Alat-alat musik tradisonal dari suku
bangsa Minangkabau adalah
saluang dan talempong. Saluang
biasa dikenal dengan seruling,
sedangkan talempong mirip dengan
gamelan yang dibunyikan dengan
pemukul.
- Seni Sastra
Seni sastra yang berkembang pada
suku bangsa Minangkabau dan
pada umumnya adalah seni sastra
pantun yang berupa nasihat.
3. Kebudayaan Jawa
a. Sistem Kepercayaan/Religi
Agama mayoritas dalam suku bangsa Jawa adalah
Islam. Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen,
Katolik, Hindu, dan Buddha. Masyarakat Jawa percaya
bahwa hidup diatur oleh alam, maka ia bersikap nrimo
(pasrah).
Masyarakat Jawa percaya keberadaan arwah/
roh leluhur dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul,
demit, dan jin.
Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah diberi doa
sebelumnya. Ada empat selamatan di
Jawa sebagai berikut.
- Selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi: hamil tujuh bulan, potong rambut pertama, kematian, dan kelahiran.
- Selamatan bersih desa, upacara sebelum, dan sesudah panen.
- Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-bulan besar Islam.
- Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru.
Jenis selamatan kematian, meliputi: nelung dina (tiga
hari), mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat
puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu (seribu hari).
b. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis keturunan ayah dan ibu). Dalam sistem
kekerabatan masyarakat Jawa, digunakan istilah-istilah
sebagai berikut.
- Ego menyebut orang tua laki-laki adalah bapak/rama.
- Ego menyebut orang tua perempuan adalah simbok/ biyung.
- Ego menyebut kakak laki-laki adalah kang mas, kakang mas.
- Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu.
- Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dhimas, dik, atau le.
- Ego menyebut adik perempuan adalah ndhuk, denok, atau di.
Dalam masyarakat Jawa, istilah-istilah di atas merupakan tata cara sopan santun pergaulan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila melanggar nasihat orang tua akan sengsara atau disebut kuwalat.
c. Sistem Politik
Desa di Jawa disebut kelurahan yang dikepalai oleh
lurah. Dalam pekerjaannya lurah dan pembantu-pembantunya mempunyai tugas pokok memelihara keamanan desa.
Pembantu-pembantu lurah, meliputi:
- carik: pembantu umum/sekretaris desa,
- sosial: memelihara kesejahteraan penduduk,
- kaum: mengurusi soal nikah, rujuk, talak, dan kematian.
d. Sistem Ekonomi
Bertani merupakan mata pencaharian utama. Bertani dilakukan di ladang dan sawah. Selain dari pertanian,
masyarakat Jawa juga menjalankan
usaha sambilan, seperti mencetak batu
bata, membatik, tukang kayu, dan
menganyam tikar.
e. Sistem Kesenian
- Seni Bangunan Rumah adat di Jawa Timur disebut rumah Situbondo, sedangkan rumah adat di Jawa Tengah disebut Istana Mangkunegaran. Istana Mangkunegaran merupakan rumah adat Jawa asli.
- Seni Tari, Tarian-tarian di Jawa beraneka ragam di antaranya sebagai berikut.
- a) Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan suasana acara, seperti: khitanan dan perkawinan. Penari tayuban terdiri atas beberapa perempuan.
- b) Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya menggunakan topeng.
- c) Tari serimpi adalah tari yang bersifat sakral dengan irama lembut.
- d) Tari gambyong.
- e) Tari bedoyo.
- Seni Musik Gamelan merupakan seni musik Jawa yang terkenal. Gamelan terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong, dan kempul.
- Seni Pertunjukan Seni pertunjukan yang terkenal adalah wayang, selain itu juga kethoprak, ludruk, dan kentrung
4. Kebudayaan suku bangsa Sunda
a. Sistem Kepercayaan/Religi
Pada saat ini sebagian besar masyarakat Sunda
menganut agama Islam. Selain Islam juga terdapat penganut
Katolik, Kristen, Hindu, dan Buddha.
Dalam masyarakat Sunda mengenal tahap kehidupan
seseorang yang ditandai dengan berbagai upacara dan selamatan, seperti: acara perkawinan, turun tanah, kelahiran,
dan sunatan.
Selamatan dipimpin oleh modin desa (guru ngaji) yang
diawali dengan al-Fatihah dan diakhiri juga dengan
pembacaan surah al-Fatihah. Hidangan selamatan tidak
jauh berbeda dengan adat Jawa, yaitu berupa tumpeng.
b. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan masyarakat Sunda adalah
bilateral (garis keturunan ayah ataupun ibu). Sistem
kekerabatan dan perkawinan dilakukan secara Islam.
Bentuk keluarga yang terkenal adalah keluarga batih, yaitu
suami, istri, dan anak-anak. Di Sunda mengenal tujuh generasi ke atas dan ke bawah
sebagai berikut.
- Tujuh generasi ke atas: kolot, embah, buyut, bao, jangga wareng, udeg-udeg, dan gantung siwur.
- Tujuh generasi ke bawah: anak, incu, buyut, bao, jangga wareng, udeg-udeg, dan gantung siwur.
c. Sistem Politik
Istilah kepala desa di beberapa tempat di Sunda berbeda-beda, misalnya di desa Bojongloa dikenal dengan
kuwu, yang bertugas mengurus kepentingan warga desa.
Kuwu dipilih oleh rakyat. Dalam menjalankan tugas kuwu
dibantu oleh:
- seorang juru tulis, bertugas mengurusi pajak dan memelihara arsip;
- tiga orang kokolot, bertugas menjalankan perintah/ menyampaikan pengaduan rakyat kepada pamong desa;
- seorang kulisi, bertugas menjaga keamanan desa;
- seorang ulu-ulu, bertugas mengatur pembagian air irigasi;
- seorang amil, pertugas mengurusi kematian, kelahiran, rujuk, dan nikah;
- tiga pembina desa yang terdiri atas satu orang kepolisian dan dua orang dari angkatan darat.
d. Sistem Ekonomi
Mata pencaharian saat ini beraneka ragam, antara lain dari sektor
perkebunan, perdagangan, dan
pertanian. Dalam sektor perdagangan mengalami kemajuan yang
pesat. Perkebunan banyak terdapat
di daerah ini, seperti perkebunan
teh, kelapa sawit, kina, dan tebu. Pertanian dikembangkan di Jawa
Barat antara lain padi, jagung,
ketela, kacang tanah, dan kedelai.
e. Sistem Kesenian
- Seni Bangunan
Rumah adat di Sunda bermodel Keraton Kasepuhan
Cirebon yang memiliki empat ruang, yaitu sebagai
berikut.
- Pendopo: tempat untuk penjaga keselamatan sultan
- Pringgondani: tempat sultan memberi perintah kepada adipati.
- Prabayasa: tempat sultan menerima tamu.
- Panembahan: ruang kerja dan tempat istirahat sultan.
Nama-nama tempat di Sunda
banyak menggunakan kata Ci
yang artinya air. Misal: Ciamis,
Cipanas, Cibatu, dan Cicalengka.
- Seni Tari
- Seni Musik
- Seni Sastra
- Seni Pertunjukan
5. Kebudayaan suku bangsa Bali
a. Sistem Kepercayaan/Religi
Masyarakat Bali sebagian besar menganut agama HinduBali. Mereka percaya adanya satu Tuhan dengan konsep
Trimurti yang terdiri atas tiga wujud, yaitu:
- Brahmana : menciptakan;
- Wisnu : yang memelihara;
- Siwa : yang merusak.
Selain itu hal-hal yang mereka anggap penting adalah
sebagai berikut.
- Atman : roh yang abadi.
- Karmapala : buah dari setiap perbuatan.
- Purnabawa : kelahiran kembali jiwa.
Tempat ibadah agama Hindu disebut
pura. Pura memiliki sifat berbeda,
sebagai berikut:
- Pura Besakih: sifatnya umum untuk semua golongan.
- Pura Desa (kayangan tiga): khusus untuk kelompok sosial setempat.
- Sanggah: khusus untuk leluhur.
Di Bali terdapat beribu-ribu pura dan
sanggah. Masing-masing pura dan
sanggah memiliki tanggal perayaan
yang berbeda-beda, yaitu sebagai
berikut.
- Tanggalan Hindu–Bali Tanggalan Hindu–Bali terdiri atas 12 bulan yang lamanya 355 hari. Sistem perhitungan dengan sistem Hindu disebut Syuklapaksa. Tahun baru Saka (Nyepi) jatuh pada tanggal satu bulan kesepuluh.
- Tanggalan Jawa–Bali Tanggalan Jawa–Bali terdiri atas 30 wuku. Tiap wuku terdiri atas tujuh hari. Perayaan yang didasarkan atas perhitungan penanggalan Jawa-Bali misalnya hari raya Galungan dan Kuningan. Selain itu juga digunakan untuk upacara-upacara sebagai berikut.
- a) Manusia yadnya: upacara siklus hidup masa anak-anak sampai dewasa.
- b) Dewa yadnya: upacara pada kuil-kuil umum dan keluarga.
- c) Resi yadnya: upacara pentahbisan pendeta (mediksa).
- d) Buta yadnya: upacara untuk kala dan buta yaitu roh-roh penunggu.
b. Sistem Kekerabatan
Dulu perkawinan di Bali ditentukan oleh kasta. Wanita
dari kasta tinggi tidak boleh kawin dengan laki-laki kasta
rendah, tetapi sekarang hal itu tidak berlaku lagi.
Perkawinan yang dianggap pantang adalah perkawinan saudara perempuan suami dengan saudara laki-laki
istri (mak dengan ngad).
Hal itu akan menimbulkan
bencana (panes).
Cara memperoleh istri berdasarkan adat ada dua, yaitu:
- memadik, ngindih: dengan cara meminang keluarga gadis;
- mrangkat, ngrorod: dengan cara melarikan seorang gadis.
c. Sistem Politik
Desa-desa di Bali dibuat berdasarkan kesatuan tempat. Desa-desa di
daerah pegunungan mempunyai pola
perkampungan memusat (banjar) yang
dikepalai oleh khan boncor (khong).
Selain itu di Bali juga dikenal kuil desa
yang disebut kayangan tiga.
Kesatuan organisasi lain yaitu subak dan
seka.
Subak merupakan organisasi
irigasi yang mempunyai kepala sendiri.
Seka merupakan suatu organisasi yang bergerak dalam
lapangan kehidupan khusus. Seka berfungsi menyelenggarakan upacara-upacara desa seperti: seka baris,
seka truna, dan seka gong.
d. Sistem Ekonomi
Sebagian besar masyarakat Bali memiliki mata
pencaharian sebagai petani. Selain padi, pertanian yang
lain yaitu palawija, kopi, dan kelapa. Peternakan di Bali
juga maju, yaitu ternak babi dan sapi. Selain itu juga
dikembangkan peternakan kambing, kerbau, dan kuda.
- Perikanan: dikembangkan perikanan darat dan laut, perikanan laut terdapat di pinggir pantai. Para nelayan menggunakan jangkung (perahu penangkap ikan) untuk mencari ikan tongkol, udang, dan cumi-cumi.
- Di Bali juga banyak terdapat industri kerajinan, kerajinan yang dibuat meliputi: benda-benda anyaman, kain tenun, pabrik rokok, dan tekstil. Selain itu juga banyak perusahaan yang menjual jasa, seperti biro perjalanan, hotel, rumah makan, taksi, dan toko kesenian. Tempat usaha terbesar terdapat di Gianyar, Denpasar, dan Tabanan.
e. Sistem Kesenian
- Seni Bangunan Seni bangunan nampak pada bangunan candi yang banyak terdapat di Bali, seperti Gapura Candi Bentar.
- Seni Tari Tari tradisional Bali antara lain tari sanghyang, tari barong, tari kecak, dan tari gambuh. Tari modern antara lain tari tenun, tari nelayan, tari legong, dan tari janger.
Posting Komentar untuk "Jenis Budaya Lokal di Indonesia Part 1"