Hubungan antara Kebudayaan dan Kepribadian
Theodore M. Newcomb mengatakan kepribadian menunjuk pada sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khusus apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi sesuatu keadaan.
Kepribadian banyak dipengaruhi adat istiadat pengasuhan anak-anak. Anak-anak diasuh oleh orang-orang dalam lingkungannya, ibu, ayah, dan saudara. Jika anak-anak sudah dewasa, beberapa watak yang seragam akan menonjol pada individu yang sudah dewasa itu.
Lanton dan Kardiner menyebutkan watak ini disebut kepribadian umum atau kepribadian dasar (basic personality structure). Berdasarkan konsep yang diajukan Lanton dan Kardiner, kemudian muncul konsep kepribadian Timur dan kepribadian Barat.
Prof. Dr. Koentjaraningrat menyatakan bahwa kepribadian adalah watak khas seseorang yang tampak dari luar, sehingga orang luar memberikan kepadanya sesuatu identitas khusus. Jadi, kepribadian dipengaruhi oleh faktor kedaerahan, cara hidup di kota atau di desa, agama, profesi, dan kelas sosial.
a. Kepribadian yang selaras dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial
1) Lingkungan alam
Lingkungan alam adalah keadaan tanah, iklim, flora, dan fauna di sekitar individu. Keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan alamnya sebagai tempat hidup yang memberi hidup manusia.
Dalam hubungan ini dibutuhkan sikap tertentu yang tidak hanya menganggap lingkungan alam sebagai objek sumber kehidupan melainkan sebagai teman dalam menghadapi kehidupan. Makna lingkungan alam bagi manusia ada tujuh, yaitu berikut.
- Manusia mempunyai ikatan dengan alam yang sifatnya religius.
- Motivasi etis dapat mendasari kecintaan terhadap alam, yang dasarnya adalah rasa keindahan.
- Alam menghidupi manusia karena flora dan fauna memberikan bahan untuk sandang, pangan, dan papan.
- Alam merupakan serikat bagi manusia dalam mempertahankan diri terhadap bencana seperti badai, gempa bumi, banjir, dan pencemaran.
- Alam mempunyai arti yang penting bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan.
- Alam menjadi sumber kesehatan, rekreasi, dan kesenian.
Jadi, pengelolaan sumber daya alam (eksplorasi dan eksploitasi) tidak bersifat merusak. Sumber-sumber alam berupa tanah, air, hutan, dan sumber alam lainnya harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia.
2) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial terdiri atas individu maupun kelompok yang berada di sekitar manusia. Di dalam masyarakat akan dijumpai lapisan-lapisan sosial yang menghasilkan kepribadian masing-masing. Individu disebut berkepribadian apabila pola perilakunya yang khas diproyeksikan pada lingkungan sosialnya.
Jadi, satuan lingkungan sosial mempunyai karakteristik yang berbeda fungsi, struktur, peranan dan proses-proses sosialisasinya. Posisi peranan dan perilaku individu diharapkan selaras dengan lingkungan seperti situasi berikut.
a) Individu dengan keluarga
Peranan individu ditentukan adat istiadat, norma-norma, dan nilainilai serta bahasa yang ada pada keluarga itu melalui proses sosialisasi dan internalisasi.
b) Individu dengan lembaga
Tumbuhnya individu ke dalam lembaga sosial berlangsung melalui proses sosialisasi. Posisi dan peranan individu dalam lembaga sosial sudah di bakukan berdasarkan moral adat/hukum yang berlaku.
c) Individu dengan komunitas-komunitas
diartikan sebagai satuan kebersamaan hidup sejumlah orang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
- Teoritis yang terbatas.
- Keorganisasian tata hidup bersama.
- Berlakunya nilai-nilai kolektif.
b. Kepribadian yang menyimpang atau tidak selaras dengan lingkungan alam dan sosial
1) Lingkungan alam
- peristiwa kegagalan pengeboran gas alam oleh PT Lapindo Brantas yang menyebabkan keluarnya lumpur panas dan menggenangi kawasan permukiman penduduk di Sidoarjo, Jawa Timur;
- pencemaran udara dan hujan asam akibat industri di Eropa mengakibatkan kerugian material mencapai 2 milyar dolar, sedangkan kerugian yang sama mengakibatkan turunnya hasil panen beras dan gandum yang mencapai 30% di Jepang.
2) Lingkungan Sosial
Kepribadian menyimpang (deviant personality) telah diteliti para ahli antropologi. Dalam penelitian tersebut ditemukan beberapa gejala sebagai berikut.
a) Kepribadian yang retak
Kepribadian menurut Sigmund Freud terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
- Id, yaitu mewakili diri dari bagian yang bersifat tidak sadar, naluriah, impulsif (mudah terpengaruh oleh gerak hati) dan tidak disosialisasikan.
- Ego yaitu mewakili bagian dari yang bersifat sadar dan rasional. Ego sering disebut juga penjaga pintu kepribadian karena ia menjaga interaksi antara id dan super-ego.
- Super-ego, yaitu mewakili bagian dari yang telah menyerap nilai-nilai budaya dan berfungsi sebagai suara hati.
Para ahli menyatakan bahwa perilaku menyimpang timbul manakala Id yang tidak terkendali muncul bersamaan dengan super-ego yang kurang aktif. Contoh: Seorang yang sedang lapar membutuhkan makanan.
Dalam kondisi ini, id-nya memerintahkan agar kebutuhannya segera terpenuhi dengan menggunakan cara-cara apa pun. Kalau ternyata super-egonya benar-benar lemah dan tidak mampu mengendalikan id-nya, orang tersebut mungkin langsung memasuki restoran dan merampas makanan dari meja makan.
Dalam kasus ini, ego tidak memerintahkan bahaya yang mungkin terjadi. Super-ego juga berfungsi sebagaimana mestinya. Super-ego tidak memberikan isyarat bahwa perbuatan ini adalah jenis perilaku menyimpang.
b) Nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
Sejumlah perilaku penyimpangan kelompok terjadi dalam subkebudayaan dari masyarakat. Subkebudayaan menyimpang (deviant subculture) adalah subkebudayaan yang bertentangan dengan norma-norma kebudayaan dominan.
Hal itu memisahkan diri dari aturan-aturan, nilai-nilai bahasa, dan istilah-istilah yang berlaku umum. Sebagian besar individu yang ditolak oleh masyarakat langsung mencari persahabatan dalam subkebudayaan untuk memperoleh status, kesenangan dan penerimaan.
Contoh kebudayaan yang menyimpang, antara lain:
- kelompok penjudi;
- kelompok pelacur;
- kelompok remaja nakal;
- kelompok pemakai narkoba;
- kelompok kejahatan.
Posting Komentar untuk "Hubungan antara Kebudayaan dan Kepribadian"